Pengaruh Bising Terhadap Kesehatan

A. Pendahuluan

Gelombang bunyi timbul akibat terjadi perubahan mekanik pada zat gas, zat cair atau zat padat yang merambat ke depan dengan kecepatan tertentu. Gelombang bunyi merupakan vibrasi atau getaran dari molekul – molekul zat dan saling beradu satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energi tanpa disertai perpindahan partikel. Gelombang bunyi dapat menjalar secara transversal atau longitudinal. (1)

Bunyi berhubungan dengan indra pendengaran yaitu fisiologi telinga. Telinga berfungsi secara efisien untuk mengubah energi getaran dari gelombang menjadi sinyal listrik yang dibawa ke otak melalui syaraf. Telinga manusia merupakan detektor bunyi yang sangat sensitif. Detektor bunyi mekanis seperti mikrofon , tidak dapat menyamai telinga dalam mendeteksi bunyi berintensitas rendah. Tingkat kepekaan telinga tidak sama sensitifnya untuk semua frekuensi dan intensitas, sehingga kadang – kadang bunyi atau suara dengan frekuensi dan intensitas tertentu yang terdengar merupakan suatu kebisingan. 

 B.     Pengertian Bising

Bising didefinisikan sebagai bunyi yang kehadirannya tidak dikehendaki dan dianggap mengganggu pendengaran. (2) Bising dapat berasal dari bunyi atau suara yang merupakan aktivitas alam seperti bicara, pidato, tertawa dan lain – lain. Bising juga dapat berasal dari bunyi atau suara buatan manusia seperti bunyi mesin kendaraan dan mesin – mesin yang ada di pabrik. Untuk menilai bunyi sebagai bising sangatlah relatif. Misalnya musik di tempat – tempat diskotik, bagi orang yang biasa mengunjungi tempat itu tidaklah merasa suatu kebisingan, tetapi bagi orang – orang yang tidak pernah berkunjung di tempat diskotik akan merasa suatu kebisingan yang mengganggu.

 C.     Pembagian bising

Penentuan tingkat kebisingan biasanya dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Sebagai contoh, Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona. Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 – 45 dB. Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Angka kebisingannya 45 – 55 dB. Yang masuk zona C, antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dengan kebisingan sekitar 50 – 60 dB. Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat kebisingan 60 – 70 dB. (3)

Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan , tingkat bunyi dan tenaga bunyi, maka bising dibagi dalam 3 katagori : (2)

  1. Audible noise (bising pendengaran)

Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 – 8.000 Hz

  1. Occupational noise ( bising yang berhubungan dengan pekerjaan)

Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin ketik

  1. Impuls noise (impact noise = bising impulsif)

Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu, ledakan meriam, tembakan  dan lain – lain

Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis :

  1. 1. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya karena mesin, kipas angin

2. Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji, penutup gas

3. Bising terputus – putus, misalnya lalu lintas, bunyi kapal terbang di udara

  1. 1. Bising sehari penuh (full noise time)

2. Bising setengah hari (part time noise)

  1. 1. Bising terus – menerus (steady noise)

2. Bising impulsive (impuls noise) ataupun bising sesaat (letupan)

 Berdasarkan skala intensitas maka tingkat kebisingan dibagi dalam : sangat tenang, tenang, sedang, kuat, sangat hiruk pikuk dan menulikan. Intensitas bunyi adalah arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Berikut ini diberikan tabel daftar skala intensitas kebisingan

 Tabel 1. Skala intensitas kebisingan (2)

Tingkat kebisingan

Intensitas (dB)

Batas dengar tertinggi

Menulikan

120

110

100

Halilintar

Meriam

Mesin uap

Sangat hiruk pikuk

90

80

Jalan hiruk pikuk

Perusahaan sangat gaduh

Pluit polisi

Kuat

  70

60

Kantor gaduh

Jalan pada umumnya

Radio

Perusahaan

Sedang

          50

40

Rumah gaduh

Kantot umunya

Percakapan kuat

Radio perlahan

Tenang

 30

20

Rumah tenag

Kantoer perorangan

Auditorium

Percakapan

Sangat tenang

 

10

0

Bunyi daun

Berbisik

Batas dengar terendah

 D. Ukuran kebisingan (Dose noise ) 
Ukuran kebisingan adalah ukuran derajat tinggi rendahnya kebisingan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). (4) Dalam pengukuran tingkat kebisingan biasanya yang diukur adalah tingkat kebisingan rata – rata ekivalen energi selama waktu pengukuran atau Leq (equivalent energy level ). Berikut ini diberikan tabel hubungan antara batas kebisingan atau intensitas suara dengan lama paparan yaitu waktu berlangsungnya suatu nilai tingkat kebisingan tertentu (3).

 

Tabel 2. Hubungan antara batas intensitas kebisingan dan lama pemaparan (3)

Batas suara (dB)

Lama pemaparan tiap hari (jam)

80

16

85

8

90

4

95

2

100

1

105

1/2

110

1/4

115

1/8

 

Jadi, apabila seseorang bekerja di tempat pemotongan logam/besi dengan intensitas kebisingan 122 dB,maka  ia hanya boleh memotong logam selama kurang dari 1/8 jam (7,5 menit). Setelah itu ia harus berhenti beberapa saat, baru kemudian melanjutkan kembali pekerjaan.

 

E. Pengaruh bising terhadap kesehatan

Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8 – 12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk. (4) Angka itu diperkirakan akan terus meningkat. Tidak diragukan lagi, kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan terutama kesehatan pendengaran, baik yang sifatnya sementara ataupun permanen. Hal ini sangat dipengaruhi oleh intensitas dan lamanya pendengaran terpapar kebisingan. Menurut batasannya, kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki. Oleh karenanya, kebisingan sering kali mengganggu aktivitas, apalagi jika kebisingan itu bernada tinggi. Pengaruh kebisingan terputus-putus atau datang secara tiba-tiba dan tak terduga, sangat terasa. Lebih-lebih bila sumber kebisingan itu tidak diketahui.

Sudah diketahui dan diterima umum, pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah ketulian progresif. Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran sifatnya sementara. Pemulihannya pun terjadi secara cepat sesudah sumber kebisingan dijauhkan atau dimatikan. Tetapi apabila kita terus-menerus melakukan aktivitas di tempat bising, maka kehilangan daya dengar yang terjadi bisa menetap dan tidak pulih kembali.

Beberapa aktivitas kehidupan modern justru acap menjadikan kebisingan sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Setiap malam jutaan anak muda di seluruh dunia mendatangi diskotek-diskotek yang memperdengarkan musik keras. Royal National Institute For Deaf People (RNID) (4), sebuah lembaga kehormatan Inggris yang meneliti masalah ketulian, mensurvai sejumlah klab malam yang ternyata tingkat kebisingannya mencapai 120 dB. Telinga anak-anak muda itu terpapar suara yang jauh di atas ambang batas selama berjam-jam. Sampai-sampai RNID memberikan cap pada kelompok itu sebagai generasi muda yang tak acuh dan tuli.

 

Menurut dr. Hendarta Hendarmin (4), ahli THT, dari penyelidikan mengenai tingkat bahaya suara musik keras di beberapa diskotek (antara 100 – 110 dB), musik keras bisa merusak pendengaran seseorang yang setiap hari berada di situ. Apalagi kalau bunyi musik tersebut melebihi ambang batas normal yang bisa ditoleransi telinga. Besarnya pengaruh suara terhadap telinga memang banyak tergantung pada intensitas dan jangka waktu mendengarnya, jumlah waktu mendengar, serta kepekaan masing-masing, termasuk usia pendengar. Sebaliknya, musik yang mengalun lembut dan enak didengar seperti klasik, keroncong, seruling, gamelan, malah bisa ikut menyejukkan pikiran serta membantu menghilangkan stres. Bahkan, ada seorang ahli bedah saraf terkenal yang menyetel kaset gending Jawa agar lebih tenang dan tidak terburu-buru selagi membedah pasien.

 

Di tempat kerja pun kebisingan cukup membahayakan. Di pabrik tekstil, misalnya, para karyawan berada di lingkungan mesin-mesin pemintal yang intensitas bunyinya bisa mencapai 90 dB selama rata-rata 8 jam sehari. Kebanyakan tanpa pelindung telinga.
Industri yang kini banyak disorot adalah call center (5) . Hampir 40% kaum pekerjanya mengidap Tinnitus, yaitu bunyi denging di telinga yang sering muncul tiba-tiba. Meskipun denging itu akan hilang dalam beberapa jam, namun bisa dijadikan sebagai indikator rusaknya pendengaran. Biang keladinya tak lain bunyi gaduh yang terdengar lewat headset saat melayani panggilan pelanggan.

Suara dari walkman juga merupakan sumber kebisingan lain. Kebisingan yang ditimbulkannya setara dengan suara mesin bor yang intensitasnya mencapai 96 dB. Padahal standar suara yang aman 85 dB. Bahkan hasil penelitian di Australia menyebutkan, anak-anak yang sering mendengarkan walkman sejak usia 10-an tahun, kemungkinan akan menderita tuli pada usia 30-an tahun.

Di kota-kota besar kebisingan dari lalu lalang kendaraan pun cukup mengganggu. Bapedal Kodya Bandung melaporkan, tiga sumber utama pencemaran udara adalah NO(x), debu, dan kebisingan (6) .

Selain bisa menimbulkan Tinnitus, ketulian sementara, dan ketulian permanen, kebisingan juga masih membawa dampak negatif lain; dapat disebutkan: gangguan komunikasi, efek pada pekerjaan, dan reaksi masyarakat.

 

Gangguan komunikasi mulai dirasakan apabila pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak. Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bila ada karyawan baru.

 

Banyak jenis pekerjaan membutuhkan komunikasi, baik secara langsung maupun lewat telepon. Intensitas kebisingan antara 50 – 55 dB saja menyebabkan telepon terganggu, dan rapat akan berjalan tidak memuaskan. Sedangkan intensitas di atas 55 dB dapat dianggap sangat bising, tidak cocok untuk kantor, dan sangat tidak nyaman untuk komunikasi telepon.

 

Begitu pula pekerjaan yang memerlukan perhatian terus-menerus. Jenis pekerjaan semacam ini akan terganggu oleh kebisingan, sehingga tidak jarang tenaga kerja yang bertugas melakukan pengamatan/pengawasan terhadap satu proses produksi dapat membuat kesalahan akibat konsentrasinya terganggu. Kebisingan juga meningkatkan kelelahan. Pada pekerjaan yang menuntut banyak berpikir, kebisingan sebaiknya ditekan serendah-rendahnya.

 Sangat mungkin, masyarakat memberikan reaksi keras terhadap industri yang menimbulkan kebisingan. Suara berisik mesin bisa saja dijadikan alasan oleh provokator untuk menggerakkan masyarakat berdemonstrasi atau malahan membuat kerusakan. Oleh karena itu pihak industri yang menimbulkan kebisingan harus memperhatikan kapan kebisingan terjadi pada tingkat tertinggi, siang atau malam. Juga bandingkan kebisingan lingkungan yang terjadi pada saat mesin dijalankan dan dimatikan.

 

F. Pengendalian kebisingan

Kebisingan terjadi karena ada sumber bising, media pengantar (berbentuk materi atau udara), dan manusia yang terkena dampak.(4) Pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap salah satu bagian di atas atau ketiga-tiganya. Tapi sebelum melakukan pengendalian sebaiknya dilakukan dulu pengukuran. Alat yang digunakan biasanya adalah Sound Level Meter .Ada yang manual tanpa memori penyimpan data. Atau, bisa juga menggunakan alat yang canggih dan mampu menyimpan data, noise logging dosimeter. Namun alat ini menuntut keahlian khusus untuk menggunakannya, termasuk untuk menentukan titik pengukuran

Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan dengan memodifikasi mesin atau menempatkan peredam pada sumber getaran. Tetapi alternatif ini memerlukan penelitian intensif dan umumnya juga biaya sangat tinggi. Sebaliknya pengurangan kebisingan pada media transmisi menghabiskan biaya lebih murah dengan teknologi lebih sederhana asalkan perencanaannya matang. Bahan yang dapat menyerap suara, semisal busa atau ijuk, dapat ditaruh di antara mesin dan manusia.

 

Apabila sumber kebisingannya lalu lintas, penanggulangannya bisa dengan membuat jalur hijau dan penanaman pohon. Tanaman diyakini dapat mengurangi suara bising, walau sejauh ini belum ada penelitian berapa besar tepatnya penurunan kebisingan oleh sebuah pohon.

 

Pengendalian kebisingan bisa juga dilakukan dengan memproteksi telinga. Ada tutup telinga, ada juga sumbat telinga. Yang pertama biasanya lebih efektif daripada yang kedua. Kalau tutup telinga bisa menurunkan kebisingan antara 25 – 40 dB, kemampuan sumbat telinga lebih kecil, tergantung bahannya. Sumbat karet dapat menurunkan kebisingan 18 – 25 dB. Apalagi bahan cotton wool yang hanya menurunkan 8 dB. Maka pekerja call centre sebenarnya memerlukan alat pelindung khusus yang disebut micropgones. Akan tetapi alat ini harganya masih cukup tinggi.

 

Daftar Pustaka

(1)       Giancoli.(1998). Fisika Jilid I, penerbit Erlangga, Jakarta, 408 – 410.

(2)       Gabriel, J. F. (1996). Físika kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Yakarta, 89 – 95.

(3)       Annie, Y. (2000). Bising bisa timbulkan tuli. http:// www.indomedia.com. Diakses tanggal 17 maret 2008.

(4)       Nanny.(2007). Bersihkan kuping dengan baik dan benar. http:// www.indomedia.com . Diakses tanggal 17 maret 2008.

(5)       Media Indonesia. 12-8-1999. 40 % petugas call center tinnitus

(6)       Pikiran Rakyat. 31-8-1999. Tiga sumber utama penyebab pencemaran udara.